Ketahui 5 Industri yang Paling Rentan Melakukan Layoff
Pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff menjadi isu yang sering kita dengar, terutama saat kondisi ekonomi sedang tidak stabil. Beberapa industri memang lebih rentan melakukan PHK dibandingkan yang lainnya. Lantas, industri apa saja yang paling sering melakukan PHK? Mari kita bahas lebih dalam.
Ada sejumlah faktor yang membuat suatu industri lebih rentan melakukan PHK, seperti perlambatan ekonomi global, otomatisasi, dan perubahan tren pasar. Namun, secara umum, ada beberapa industri yang secara historis lebih sering melakukan PHK saat terjadi perlambatan ekonomi. Informasi selengkapnya mengenai industri yang paling rentan melakukan layoff bisa dibaca selengkapnya di sini!
Industri yang Paling Rentan Melakukan Layoff
Industri yang paling rentan melakukan layoff adalah mereka yang sangat bergantung pada faktor eksternal, yang cepat berubah, atau yang menghadapi persaingan sangat ketat. Berikut adalah 5 industri yang paling rentan melakukan layoff:
1. Industri Teknologi
Industri teknologi yang dinamis dan cepat berubah seringkali menjadi sorotan saat terjadi PHK massal. Mengapa demikian? Startup teknologi seringkali mengalami siklus pertumbuhan yang cepat diikuti dengan periode penurunan. Ketika pendanaan sulit didapatkan atau pertumbuhan melambat, PHK menjadi pilihan sulit yang harus diambil.
Selain itu, persaingan di industri teknologi sangat ketat. Perusahaan yang tidak mampu berinovasi atau beradaptasi dengan cepat akan tertinggal dan terpaksa melakukan efisiensi, termasuk dengan cara mengurangi jumlah karyawan. Pun, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan machine learning memungkinkan banyak tugas yang sebelumnya dilakukan manusia untuk diotomatisasi, sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja.
2. Industri Manufaktur
Industri manufaktur sangat sensitif terhadap perubahan permintaan konsumen dan fluktuasi ekonomi global. Persaingan dari negara-negara dengan biaya produksi yang lebih rendah membuat perusahaan manufaktur di Indonesia harus terus berjuang untuk mempertahankan daya saing. Selain itu, proses produksi di industri manufaktur semakin banyak yang menggunakan robot dan mesin, sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Perubahan tren konsumen dan munculnya produk baru dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap produk-produk tertentu, sehingga perusahaan terpaksa mengurangi kapasitas produksi dan melakukan PHK.
3. Industri Ritel
Industri ritel sangat bergantung pada perilaku konsumen. Perubahan perilaku konsumen akibat faktor ekonomi, sosial, atau teknologi dapat berdampak signifikan pada kinerja perusahaan ritel. Pertumbuhan pesat e-commerce telah mengubah lanskap industri ritel secara drastis. Banyak toko fisik yang gulung tikar akibat persaingan dengan toko online.Perubahan preferensi konsumen, seperti pergeseran dari barang fisik ke layanan, juga dapat memaksa perusahaan ritel untuk melakukan penyesuaian, termasuk dengan cara mengurangi jumlah karyawan.
4. Industri Energi
Industri energi sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, fluktuasi harga energi, dan perkembangan teknologi. Peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam struktur industri energi, sehingga berpotensi menimbulkan PHK. Fluktuasi harga minyak dan gas bumi dapat memengaruhi profitabilitas perusahaan energi, sehingga perusahaan terpaksa melakukan efisiensi.
5. Industri Transportasi
Industri transportasi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, harga bahan bakar, dan regulasi pemerintah. Pengembangan kendaraan otonom dan layanan transportasi berbasis aplikasi dapat mengurangi kebutuhan akan pengemudi. Pandemi COVID-19 telah memberikan pukulan telak bagi industri penerbangan dan pariwisata, yang merupakan bagian penting dari industri transportasi.
Penting untuk diingat bahwa PHK adalah hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Meskipun beberapa industri memang lebih rentan, namun tidak semua perusahaan di industri tersebut akan melakukan PHK. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh individu dan pemerintah untuk meminimalisir dampak negatif dari PHK, seperti meningkatkan keterampilan, mengembangkan program pelatihan, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Bagaimana Industri Bisa Bertahan di Situasi Rentan Layoff
Industri yang mampu bertahan di situasi yang rentan layoff seperti sekarang ini umumnya memiliki beberapa karakteristik dan strategi yang membedakan mereka. Berikut beberapa di antaranya:
1. Fokus pada Inovasi dan Adaptasi
Perusahaan yang terus berinovasi dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar cenderung lebih tahan banting. Mereka mampu menciptakan produk atau layanan baru yang memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berkembang, sehingga permintaan terhadap produk mereka tetap terjaga.
2. Fokus pada Kualitas dan Layanan Pelanggan
Perusahaan yang memprioritaskan kualitas produk dan layanan pelanggan akan lebih mudah mempertahankan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang puas cenderung lebih setia dan tidak mudah beralih ke produk atau layanan pesaing, sehingga dapat membantu perusahaan melewati masa-masa sulit.
3. Diversifikasi Produk dan Pasar
Perusahaan yang memiliki diversifikasi produk atau pasar akan lebih tahan terhadap goncangan ekonomi. Jika satu produk atau pasar mengalami penurunan, perusahaan masih memiliki sumber pendapatan lain yang dapat menopang bisnis.
4. Efisiensi Biaya
Perusahaan yang mampu mengelola biaya secara efisien akan lebih tahan terhadap tekanan ekonomi. Dengan mengurangi biaya produksi, pemasaran, dan operasional, perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan memperkuat posisi keuangan.
5. Pemanfaatan Teknologi
Penggunaan teknologi dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas produk. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan.
6. Fokus pada Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perusahaan yang menginvestasikan pada pengembangan sumber daya manusia akan memiliki tenaga kerja yang lebih berkualitas dan produktif. Karyawan yang memiliki keterampilan yang relevan akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan bisnis.
7. Kolaborasi dan Jaringan
Membangun kolaborasi dengan perusahaan lain atau pihak terkait dapat membuka peluang bisnis baru dan memperkuat posisi perusahaan di pasar.
8. Keberlanjutan
Keberlanjutan tidak hanya sekadar tren, tetapi juga merupakan strategi bisnis yang cerdas untuk jangka panjang, yang dapat membantu perusahaan bertahan dalam kondisi yang penuh tantangan. Aspek keberlanjutan yang dapat dipertimbangkan salah satunya adalah dengan mengurangi emisi karbon, mengelola limbah secara bertanggung jawab, dan menggunakan sumber daya secara efisien. Keberlanjutan juga terkait kesejahteraan karyawan dan menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, transparan, dan akuntabel.
9. Merencanakan Keuangan dengan Matang
Perencanaan keuangan yang matang adalah kunci bagi perusahaan untuk bertahan dalam situasi yang rentan layoff. Dengan merencanakan keuangan secara cermat, perusahaan dapat mengantisipasi potensi penurunan pendapatan, mengelola pengeluaran secara efisien, dan menjaga stabilitas keuangan. Perencanaan keuangan yang baik melibatkan pembuatan anggaran yang realistis, pengelolaan arus kas secara ketat, dan identifikasi sumber-sumber pendanaan alternatif.
10. Mencari Peluang Bisnis Baru
Ketika suatu produk atau layanan mulai menurun permintaannya, perusahaan perlu menemukan sumber pendapatan baru. Dengan menggali dan mengembangkan peluang bisnis baru, perusahaan dapat diversifikasi portofolio produk atau layanannya. Ini tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada satu sumber pendapatan, tetapi juga membuka pasar baru dan meningkatkan daya saing perusahaan. Inovasi dan kreativitas menjadi kunci dalam menemukan peluang bisnis baru ini, baik itu melalui pengembangan produk baru, perluasan ke pasar baru, atau bahkan dengan menciptakan model bisnis yang sama sekali baru. Dengan demikian, perusahaan dapat tetap relevan dan beradaptasi dengan perubahan pasar yang dinamis, sehingga mengurangi risiko terjadinya PHK massal.
Intinya, perusahaan yang mampu bertahan di situasi yang sulit adalah perusahaan yang adaptif, inovatif, dan memiliki fondasi bisnis yang kuat. Yuk, ketahui lebih banyak seputar layoff, baca di artikel Bagaimana Layoff Dapat Memengaruhi Bursa Kerja?