Overwork, Kerja Berlebihan, Kaya Kagak Mati Iya!
Kapan Bekerja Disebut Overwork?
Overwork atau kerja berlebihan adalah kondisi di mana seseorang bekerja melebihi kapasitas atau kemampuan fisik dan mentalnya. Tidak ada batasan waktu kerja yang pasti untuk menentukan kapan seseorang sudah overwork, karena ini sangat individual dan tergantung pada berbagai faktor seperti jenis pekerjaan, beban kerja, kondisi kesehatan, dan gaya hidup. Meski begitu, secara umum, seseorang dapat dikatakan overwork jika:
1. Terjadi penurunan kualitas kerja
Ketika seseorang dipaksa bekerja melebihi kapasitasnya, tubuh dan pikiran menjadi kelelahan. Hal ini berdampak pada konsentrasi yang menurun, sehingga sulit untuk fokus pada detail pekerjaan. Selain itu, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis juga terhambat, sehingga solusi yang dihasilkan cenderung kurang inovatif dan efektif.
Kurangnya waktu istirahat yang cukup juga dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan kecil yang terakumulasi dan berujung pada hasil akhir yang kurang memuaskan. Dalam jangka panjang, overwork dapat menyebabkan burnout, di mana seseorang merasa sangat lelah, putus asa, dan tidak lagi memiliki motivasi untuk bekerja. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada produktivitas dan kualitas kerja secara keseluruhan.
2. Mengalami masalah kesehatan
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Borneo Student Research, ketika seseorang dipaksa bekerja melebihi kapasitasnya, tubuh dan pikiran menjadi kelelahan. Hal ini berdampak pada konsentrasi yang menurun, sehingga sulit untuk fokus pada detail pekerjaan. Selain itu, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis juga terhambat, sehingga solusi yang dihasilkan cenderung kurang inovatif dan efektif.
Kurangnya waktu istirahat yang cukup juga dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan kecil yang terakumulasi dan berujung pada hasil akhir yang kurang memuaskan. Dalam jangka panjang, overwork dapat menyebabkan burnout, di mana seseorang merasa sangat lelah, putus asa, dan tidak lagi memiliki motivasi untuk bekerja. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada produktivitas dan kualitas kerja secara keseluruhan.
3. Sulit fokus
Ketika tubuh dan pikiran kelelahan, otak kekurangan energi yang dibutuhkan untuk memproses informasi secara efektif. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi pada tugas-tugas yang ada. Selain itu, kelelahan juga dapat memicu munculnya perasaan kantuk, sehingga pikiran menjadi melayang dan sulit untuk kembali fokus.
Stres yang diakibatkan oleh overwork juga dapat mengganggu kemampuan kognitif seperti daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan. Akibatnya, seseorang yang kelelahan cenderung lebih mudah terdistraksi, membuat kesalahan, dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas.
4. Hubungan sosial terganggu
Ketika seseorang terlalu fokus pada pekerjaan, mereka cenderung mengabaikan waktu untuk berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang-orang terdekat lainnya. Kurangnya waktu berkualitas yang dihabiskan bersama orang-orang terdekat dapat menyebabkan jarak emosional, kesalahpahaman, dan bahkan konflik dalam hubungan.
Selain itu, stres dan kelelahan yang diakibatkan oleh overwork dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah tersinggung dan kurang sabar dalam berinteraksi dengan orang lain. Akibatnya, hubungan sosial yang sebelumnya harmonis dapat menjadi tegang dan bahkan rusak.
5. Merasa tertekan dan kewalahan
Beban kerja yang terlalu berat dan terus-menerus membuat seseorang merasa kewalahan dan tidak mampu menyelesaikan semua tugas yang ada. Tekanan untuk mencapai target yang tidak realistis juga dapat meningkatkan perasaan tertekan. Selain itu, kurangnya waktu istirahat yang cukup dan ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi dapat memperparah kondisi ini.
Ketika seseorang merasa tertekan dan kewalahan, mereka cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, sulit tidur, dan kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya mereka nikmati. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan produktivitas kerja.
6. Tidak memiliki waktu untuk diri sendiri
Ketika seseorang terlalu fokus pada pekerjaan, mereka cenderung melupakan pentingnya waktu untuk diri sendiri. Jadwal kerja yang padat dan tuntutan pekerjaan yang tinggi membuat mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas yang mereka nikmati, seperti berolahraga, berhobi, atau sekadar bersantai.
Akibatnya, seseorang yang mengalami overwork sering merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton dan tidak memiliki waktu untuk memulihkan energi fisik dan mental. Hal ini dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kerja Ideal Tanpa Harus Mengorbankan Nyawa
Kerja yang ideal adalah pekerjaan yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi pribadi kita, sambil juga memberikan kepuasan dan keseimbangan dalam hidup. Meskipun setiap orang memiliki definisi yang berbeda tentang kerja yang ideal, ada beberapa faktor umum yang dapat dipertimbangkan:
1. Pekerjaan yang Bermakna
Ini bukan sekadar mencari cuan, tetapi lebih dari itu, yaitu menemukan makna dalam aktivitas sehari-hari. Pekerjaan yang bermakna biasanya melibatkan penggunaan keahlian dan minat pribadi, memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, serta berkontribusi pada sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Ketika seseorang merasa bahwa pekerjaannya memiliki dampak positif bagi orang lain atau masyarakat, mereka cenderung lebih bahagia, merasa lebih termotivasi, dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah.
2. Gaji dan Manfaat yang Adil
Gaji yang adil adalah upah yang sesuai dengan nilai kerja, pengalaman, tanggung jawab, dan standar upah yang berlaku di pasar tenaga kerja. Selain gaji pokok, manfaat yang adil juga mencakup berbagai tunjangan seperti asuransi kesehatan, tunjangan hari raya, tunjangan pensiun, cuti tahunan, dan fasilitas kerja lainnya yang sebanding dengan kontribusi karyawan dan standar industri. Keadilan dalam pemberian gaji dan manfaat tidak hanya mendorong produktivitas karyawan, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang positif dan rasa memiliki terhadap perusahaan.
3. Lingkungan Kerja yang Positif
Ciri-ciri lingkungan kerja yang positif antara lain: hubungan antar rekan kerja yang harmonis, komunikasi yang terbuka dan efektif, adanya penghargaan dan pengakuan atas prestasi, kesempatan untuk belajar dan berkembang, serta dukungan dari atasan dalam mencapai tujuan pribadi dan profesional. Lingkungan kerja seperti ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memberikan kepuasan kerja yang tinggi sehingga karyawan merasa betah dan loyal terhadap perusahaan.
4. Keseimbangan Kerja-Hidup
Ini berarti memiliki waktu yang cukup untuk keluarga, teman, hobi, dan kegiatan pribadi lainnya di luar jam kerja. Keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, meningkatkan produktivitas, dan mencegah burnout. Keseimbangan kerja-hidup yang baik dapat dicapai melalui berbagai cara, seperti mengatur jadwal kerja yang fleksibel, menetapkan batas waktu yang jelas antara pekerjaan dan waktu pribadi, dan memprioritaskan kegiatan yang penting.
5. Peluang untuk Belajar dan Berkembang
Peluang untuk belajar dan berkembang adalah kesempatan yang diberikan perusahaan bagi karyawannya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi mereka. Ini bisa berupa pelatihan formal, seperti kursus, seminar, atau workshop, atau melalui pengalaman kerja langsung, seperti proyek baru atau rotasi jabatan. Adanya peluang ini tidak hanya bermanfaat bagi karyawan untuk mengembangkan karier mereka, tetapi juga bagi perusahaan karena dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi. Perusahaan yang memberikan peluang belajar dan berkembang biasanya memiliki karyawan yang lebih termotivasi, loyal, dan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi.
Gimana dengan kerjaanmu sekarang? Kepikiran pindah kerja? Coba cek info peluang kerja di loker.id!