Intan Nurul Karima : Susah-Susah Gampang Jadi Content Writer Aplikasi Kesehatan
Dari Intan Nurul Karima kita belajar kalau magang itu penting. Dan bukan enggak mungkin dari magang Anda bisa ditawari bekerja sebagai karyawan permanen. Seperti yang dialami alumni Sastra Jerman UI ini. Sembari menunggu kelulusan kuliah, Intan melamar posisi social media internship di Halodoc. Sayangnya, kualifikasinya masih kurang sehingga tidak lolos.
Eh ternyata, enggak berapa lama tepatnya satu minggu setelah mendapat pemberitahuan ketidaklolosan tersebut, Intan kembali dihubungi HR Halodoc untuk posisi magang lain yang katanya lebih cocok yaitu content writer.
Bagaimana perjalanan Intan berkarier sebagai Content Writer di aplikasi kesehatan nomor satu di Indonesia ini, dan seperti apa Intan menghadapi stigma kalau menjadi Content Writer itu gampang? Baca selengkapnya obrolan Loker.ID dengan Intan di sini!
Boleh diceritakan seperti apa perjalanan karier Anda sampai akhirnya menjadi Content Writer di Halodoc ID?
Karir sebagai content writer dimulai sejak tahun 2018. Waktu itu, saya menjadi freelancer di sebuah agency sebagai social media marketing dan content writer. Disitu saya mengerjakan sebuah project untuk membuat majalah NextGen milik STEM Prasetya Mulya.
Jadi, saya meliput berbagai kegiatan STEM Prasetya Mulya untuk keperluan konten majalah. Saya juga membuat konten kreatif lain, seperti artikel rekomendasi film, rekomendasi tempat sampai tips make up. Setelah selesai dengan pekerjaan freelance, pada tahun 2019 saya kembali melamar magang sembari menunggu kelulusan. Pada waktu itu saya melamar posisi social media internship di Halodoc. Sayangnya, kualifikasi saya masih kurang sehingga tidak lolos.
Namun, satu minggu setelah mendapat pemberitahuan ketidaklolosan tersebut, saya kembali dihubungi HR Halodoc untuk posisi magang lain yang katanya lebih cocok untuk saya, yaitu content writer. Setelah 3 bulan magang, saya langsung ditawari menjadi karyawan tetap di Halodoc. Sebagai fresh graduate, siapa yang tidak mau tawaran ini? Bisa dibilang, saya tidak punya jeda menganggur setelah lulus. Dan mulai dari sinilah karir saya sebagai content writer berlanjut sampai sekarang.
Boleh diceritakan daily jobdesk-nya seperti apa?
Daily jobdesk saya dimulai dengan membuka editorial plan. Biasanya, saya mengawali pekerjaan dengan mengunggah artikel yang sudah saya buat sehari sebelumnya. Artikel ini tentunya sudah melalui proses editing oleh editor dan review oleh dokter ya. Setelah selesai upload, saya akan mulai menulis artikel. Setiap harinya, saya menulis 2 artikel rekomendasi dari dokter, 2 artikel tentang kesehatan, dan 2 artikel yang perlu di-rewrite untuk dioptimalkan kembali. Jumlah artikel bisa bervariasi tergantung dari kebutuhan editor.
Sesekali saya juga membantu dalam membuat copy untuk keperluan web kesehatan mental atau kesehatan seksual Halodoc. Saya juga sesekali diminta membuat campaign copy atau artikel partnership. Selain menulis, saya juga kerap diminta bantuan untuk mengganti link URL biasa dengan onelink agar konversi di sebuah artikel lebih mudah untuk dilacak.
Apa yang membedakan menulis biasa dengan SEO writing?
Tentu saja banyak perbedaannya. Ketika menulis biasa, saya hanya berfokus menyampaikan informasi, cerita, atau pesan kepada pembaca. Sebaliknya, SEO writing bertujuan untuk membuat konten yang tidak hanya informatif dan menarik bagi pembaca, tetapi juga dioptimalkan untuk mesin pencari alias mbah google. Hal ini membantu meningkatkan peringkat artikel di hasil pencarian, sehingga lebih mudah ditemukan oleh audiens yang lebih luas.
Ketika menulis biasa, saya juga tidak perlu memperhatikan kata kunci tertentu dan lebih bebas dalam memilih kata-kata yang digunakan. Sementara itu, SEO writing mengharuskan saya untuk memilih dan menempatkan frasa atau kata kunci yang sering dicari di google secara tepat.
Struktur konten dalam menulis biasa lebih fleksibel dan sesuai keinginan penulis. Sedangkan, konten SEO strukturnya harus lebih teratur dengan penggunaan heading (H1, H2, H3) yang sesuai, paragraf pendek, dan bullet points untuk memudahkan google dalam menganalisis dan memahami isi konten.
Perbedaan lainnya, menulis biasa tidak perlu memperhatikan meta deskripsi. Namun, dalam SEO writing, meta deskripsi ini sangat penting. Meta deskripsi harus dibuat menarik dan relevan untuk membantu google dan pengguna memahami isi konten dengan lebih baik. Link juga tidak menjadi fokus dalam menulis biasa, sementara dalam SEO writing, saya perlu memasukkan link internal (ke konten lain di situs yang sama) untuk membuat halaman dianggap lebih penting dan relevan oleh google.
Penggunaan media dalam menulis biasa lebih bersifat estetika atau pendukung narasi. Sedangkan dalam SEO writing, media seperti gambar, video, dan infografis bukan cuma untuk mendukung isi konten saja tetapi juga dioptimalkan untuk pencarian di google. Bagian penting lainnya adalah call to action (CTA). Di setiap artikel, saya juga wajib menambahkan CTA untuk meningkatkan interaksi dengan pengguna dan menaikan konversi.
Lebih sulit mana, menulis SEO atau non SEO?
Menulis SEO dan menulis non-SEO masing-masing punya tantangan tersendiri, jadi tingkat kesulitannya bisa berbeda tergantung pada konteks dan keterampilan penulis.
Dalam menulis SEO, saya perlu memperhatikan elemen teknis seperti meta description, heading, dan penggunaan kata kunci. Tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara menulis untuk pembaca manusia dan mengoptimalkan konten untuk algoritma google. Sementara itu, menulis non-SEO memberikan lebih banyak kebebasan untuk berkreasi tanpa harus memperhatikan aturan optimasi. Penulis bisa lebih fokus pada penceritaan atau penyampaian informasi tanpa khawatir tentang kata kunci atau struktur konten tertentu.
Bisa dibilang, menulis SEO saya anggap lebih sulit karena melibatkan lebih banyak faktor teknis dan strategi. Namun, kesulitan ini juga bergantung pada seberapa familiar dan nyamannya penulis dengan teknik-teknik SEO. Bagi seseorang yang sudah terbiasa, menulis SEO mungkin tidak terasa lebih sulit dibandingkan dengan menulis non-SEO.
Apa yang paling Anda senangi dari pekerjaan Anda?
Menulis berbagai topik kesehatan mengharuskan saya melakukan riset mendalam terlebih dahulu. Jadi, meskipun saya tidak berasal dari jurusan kesehatan, saya otomatis mempelajari berbagai topik kesehatan dari jurnal atau web kesehatan yang saya baca.
Konten yang saya tulis juga memiliki potensi untuk menjangkau audiens yang sangat luas. Melihat konten saya dibaca dan dibagikan oleh banyak orang juga memberikan kepuasan tersendiri. Selain itu, pekerjaan menulis konten bisa saya lakukan dari mana saja dan kapan saja. Fleksibilitas ini adalah salah satu hal yang paling saya senangi dalam pekerjaan. Terutama untuk saya yang sudah berkeluarga. Work life balance adalah yang paling utama.
Menurut Anda, apa saja tantangan utama dalam menulis konten untuk aplikasi kesehatan?
Topik kesehatan seringkali melibatkan istilah medis yang kompleks. Hal ini sering menjadi tantangan untuk saya agar bisa menyederhanakan istilah-istilah tersebut supaya pembaca awam mudah memahaminya.
Beberapa topik kesehatan juga bisa sangat sensitif, seperti penyakit kronis atau kesehatan mental. Disini saya juga harus peka dan menggunakan bahasa yang sopan dan empati agar tidak menyinggung perasaan pembaca.
Bagaimana Anda memastikan bahwa konten yang Anda tulis akurat dan informatif?
Saya hanya menggunakan sumber yang kredibel dan terpercaya. Dalam membuat artikel kesehatan, saya mengandalkan publikasi medis, situs web pemerintah, dan web atau lembaga kesehatan terkemuka. Selain itu, sebelum publish, artikel saya pastinya akan direview oleh dokter terlebih dahulu.
Bagaimana Anda mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang kesehatan?
Saya mengikuti beberapa akun media sosial para ahli kesehatan, dokter, dan institusi kesehatan. Tujuannya untuk mendapatkan informasi terbaru dan pandangan langsung dari seorang profesional. Saya juga mengunjungi situs web dari organisasi kesehatan terkemuka seperti WHO (World Health Organization), CDC (Centers for Disease Control and Prevention), dan Kementerian Kesehatan RI untuk mendapatkan informasi dan panduan terbaru.
Apa yang Anda harapkan dari karir Anda sebagai Content Writer di masa depan?
Content writer sering bekerja di balik layar, menciptakan konten yang mungkin tidak selalu dikaitkan dengan penulisnya. Banyak konten di internet yang tidak secara jelas menunjukkan siapa penulisnya, sehingga orang tidak menyadari pentingnya peran content writer. Konten yang baik adalah kunci untuk menarik dan bahkan mempertahankan pembacanya. Sayangnya, banyak orang belum memahami dampak besar dari pekerjaan seorang content writer ini.
Selain itu, ada stereotip bahwa menulis konten adalah pekerjaan mudah yang bisa dilakukan siapa saja tanpa keahlian khusus. Padahal, menulis konten yang efektif juga memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Harapan saya, posisi content writer ini menjadi lebih “dipahami dan dihargai”. Sebab, karena sering dianggap mudah, pekerjaan sebagai content writer seringkali dipandang sebelah mata dan mendapat upah yang tidak sebanding.
Apa saran Anda untuk orang lain yang ingin memulai karir sebagai Content Writer aplikasi kesehatan?
Dari pengalaman saya, kamu bisa mempelajari artikel dari web kesehatan lain. Biasanya saya mengacu pada web kesehatan luar seperti Mayo Clinic, Healthline, WebMD, dan lain-lain. Pelajari bagaimana struktur dari artikel tersebut. Pelajari juga artikel teratas di mesin pencari karena biasanya sudah SEO friendly. Lalu, perhatikan ciri meta deskripsinya, penempatan kata kunci, penempatan link, CTA dan kemudian tata bahasanya.
Usahakan untuk menyederhanakan bahasa yang kamu gunakan sehingga mudah dipahami oleh pembaca awam, dan hindari istilah medis yang terlalu teknis tanpa penjelasan.Pastikan informasi yang kamu tulis akurat dan didukung oleh fakta. Jadi, alangkah lebih baik tulisanmu telah direview terlebih dahulu oleh dokter atau profesional kesehatan lain sebelum di publish ya. Selain informatif, pastikan tulisanmu juga menarik dan engaging, sehingga pembaca betah dan tertarik untuk membaca lebih banyak. That’s it!