Uthie Savitri: "Eksplorasi dan Jangan Ragu Mencoba Hal Baru!"
Pernah melewati dua era; media cetak dan digital sepertinya sukses membuat Uthie Savitri, seorang profesional yang berkecimpung di dunia kreatif selama 20 tahun lebih ini kenyang dengan dinamika yang terjadi di seputar industri yang ia geluti tersebut. Meski begitu, bukan berarti ia bisa berleha-leha dan selalu mendapat job. Pernah beberapa kali merasakan susahnya mencari pekerjaan, berganti jobdesk, dengan aneka titel profesi yang sebenarnya itu-itu saja, alumni IKJ ini mengatakan kunci melewati semua tantangan perubahan pasar kerja tersebut adalah--adaptasi dan meng-update skill.
Buat Anda yang merasa terlalu tua untuk berkarier dan minder dengan persaingan dunia kerja saat ini, wajib membaca obrolan Loker ID dengan expert yang satu ini! Gas.....
Bagaimana Anda pertama kali tertarik pada dunia kreatif, khususnya desain grafis dan media sosial? Apa yang menginspirasi Anda untuk memilih jalur karier ini?
Aku udah tertarik sama dunia kreatif sejak remaja, tepatnya pas SMA. Waktu itu, kakak-kakakku udah pada kuliah, dan aku pengen banget bisa kayak mereka. Karena dari kecil aku hobi menggambar, aku mulai tanya-tanya soal jurusan kuliah yang fokus ke gambar. Awalnya, mereka nyaranin arsitek, tapi karena aku kurang jago sama hitung-hitungan, akhirnya Desain Grafis jadi pilihan. Dari situ, aku langsung punya cita-cita buat kuliah Desain Grafis di IKJ.
Kecintaanku sama seni visual makin tumbuh ketika aku lihat gimana desain grafis dipakai di kehidupan sehari-hari. Mulai dari poster, logo, sampai konten media sosial. Media sosial juga bikin aku makin tertarik karena di sana desain bisa langsung nyambung ke audiens dan kasih dampak nyata.
Aku memilih jalur karier ini karena sejak kecil udah cinta seni dan gambar. Melihat gimana desain grafis bisa diaplikasikan di banyak aspek, aku ngerasa ini cara yang tepat buat tetap kreatif sambil berkarya. Ditambah lagi, desain grafis punya kemampuan untuk nyampein pesan secara visual dengan cara yang keren. Itulah yang bikin aku makin semangat terjun ke dunia ini.
Apa pengalaman paling berkesan di awal karier Anda? Apa yang menjadi tantangan terbesar saat itu dan bagaimana Anda mengatasinya?
Pengalaman paling berkesan di awal karierku adalah waktu pertama kali kerja di salah satu media terbesar di Indonesia, yaitu Majalah GADIS. Rasanya campur aduk—antara beruntung banget dan anxious, karena langsung terjun ke dunia profesional yang serius. Tantangannya besar, aku harus cepat adaptasi dengan ritme kerja yang super dinamis dan ekspektasi yang tinggi banget.
Tantangan paling besar waktu itu adalah ngejar deadline yang ketat dan memastikan desain yang aku buat benar-benar sesuai dengan target audiens majalah, yang nggak sedikit jumlahnya. Bayangin, desain yang aku bikin bakal muncul di majalah nasional yang dibaca ribuan orang—cukup bikin deg-degan! Tapi aku bisa menghadapinya dengan banyak belajar dari senior, nggak ragu buat nanya kalau ada yang kurang paham, dan selalu up-to-date dengan tren desain terbaru. Aku juga belajar gimana caranya tetap produktif di bawah tekanan.
Pengalaman ini bener-bener jadi fondasi penting buat karierku ke depan, bikin aku lebih siap dan percaya diri buat ngadepin tantangan yang lebih besar di masa mendatang.
Selama berkarir, Anda pernah menjabat sebagai creative lead dan art director. Bisa Anda jelaskan perbedaan utama dalam tanggung jawab dan tantangan antara kedua peran tersebut?
Sebenarnya, peran creative lead dan art director itu hampir sama, bahkan sama pentingnya. Keduanya fokus buat ngejaga arah kreatif tetap sesuai jalur, dari mulai konsep sampai eksekusi akhir. Bedanya lebih ke penggunaan istilah aja—di beberapa tempat pakai istilah art director, di tempat lain lebih suka nyebutnya creative lead.
Tapi intinya, baik art director maupun creative lead punya tanggung jawab sama--ngejaga kualitas kreatif tetap terjaga, memastikan semua elemen visual, konsep, dan strategi kreatif saling terhubung dan sesuai sama tujuan. Tantangan yang dihadapi juga nggak jauh beda—menggabungkan kreativitas sambil tetap on track, plus kolaborasi sama tim biar hasil akhirnya maksimal.
Bagaimana perkembangan teknologi, terutama dalam bidang desain grafis dan media sosial, telah mengubah cara Anda bekerja? Adakah alat atau software tertentu yang sangat Anda andalkan?
Perkembangan teknologi, terutama di dunia desain grafis dan media sosial, bener-bener ngubah cara aku bekerja. Dulu, semuanya manual—dari mulai sketsa tangan sampai revisi yang harus bolak-balik. Tapi sekarang, berkat software dan tools canggih, kerjaan jadi jauh lebih cepat, efisien, dan hasilnya lebih presisi.
Salah satu senjata andalanku tentu aja Adobe Creative Suite—mulai dari Photoshop, Illustrator, sampai InDesign. Ini udah kayak toolkit wajib buat bikin visual yang keren. Selain itu, ada juga platform kolaborasi kayak Figma, yang bikin kerja sama tim jadi lebih lancar, terutama pas revisi atau brainstorming bareng.
Di sisi media sosial, Canva juga nggak kalah penting. Meski simpel, tapi powerful buat bikin konten visual yang siap pakai. Belum lagi, teknologi AI sekarang mulai masuk, terutama buat bantu proses ideation atau generasi otomatis desain tertentu. Intinya, teknologi nggak cuma bikin kerjaan lebih mudah, tapi juga ngasih ruang buat eksplorasi kreatif tanpa batas.
Bagaimana Anda beradaptasi dengan perubahan tren dan teknologi yang begitu cepat di dunia kreatif?
Buat bisa adaptasi dengan tren dan teknologi yang terus berubah cepat di dunia kreatif, aku selalu berusaha buat tetap open-minded dan terus belajar. Pertama, aku rajin nge-update diri dengan tren desain lewat platform kayak Instagram, Pinterest, sampai TikTok. Di sana aku bisa lihat apa yang lagi booming dan cari inspirasi buat diadaptasi ke kerjaanku.
Selain itu, aku juga suka eksperimen dengan software dan tools baru. Jadi, tiap ada teknologi terbaru, aku nggak ragu buat langsung coba dan eksplorasi. Dengan cara ini, aku bisa terus stay up-to-date tanpa ninggalin gaya dan kreativitas yang udah jadi ciri khasku.
Sebagai seorang yang seringkali harus multitasking, bagaimana Anda mengatur waktu dan prioritas pekerjaan agar tetap produktif dan tidak terbebani?
Sebagai orang yang sering multitasking, aku punya beberapa trik buat ngatur waktu dan prioritas biar tetap produktif tanpa kewalahan. Pertama, aku selalu bikin to-do list harian. Dengan catatan jelas tentang apa yang harus dikerjain, aku bisa langsung lihat mana yang urgent dan mana yang bisa ditunda. Ini ngebantu banget buat ngejaga prioritas tetap on point.
Aku juga suka pakai teknik Pomodoro—kerja fokus 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Ini bikin otak tetap fresh dan fokus tanpa keburu burnout. Di sela istirahat, biasanya aku stretching atau ngopi biar energi balik lagi.
Kalau ada proyek yang butuh perhatian lebih, aku nggak segan buat ngobrol sama tim. Diskusi soal prioritas dan cari tahu apakah ada yang bisa dibagi. Kolaborasi itu bikin beban lebih ringan dan kita bisa saling support.
Yang nggak kalah penting, aku selalu ngatur waktu buat diri sendiri. Meski kerjaan numpuk, aku pasti luangin waktu buat me-time, entah itu baca buku atau sekadar jalan-jalan. Dengan cara ini, aku bisa tetap fresh dan siap menghadapi tantangan berikutnya.
Apakah ada metode atau teknik khusus yang Anda gunakan untuk meningkatkan efisiensi kerja?
Buat ningkatin efisiensi kerja, aku punya beberapa teknik andalan. Pertama, aku pakai time blocking—jadi aku bagi waktu kerja jadi blok-blok khusus buat tugas tertentu. Misalnya, satu jam buat brainstorming, dua jam buat desain, dan seterusnya. Dengan begini, aku bisa fokus total tanpa keganggu hal lain.
Aku juga andelin alat manajemen proyek kayak Trello. Ini bener-bener bantu buat ngatur semua tugas dan deadline, jadi aku bisa lihat progres kerja secara keseluruhan. Kalau ada yang tersendat, bisa langsung ketahuan dan cepat diatasi.
Selain itu, aku sering terapkan Prinsip 80/20 atau Pareto Principle. Jadi, fokusku ada di 20% pekerjaan yang kasih 80% hasil. Ini bikin aku bisa memprioritaskan hal yang paling penting dan impactful.
Dan yang nggak kalah penting, istirahat! Ngambil waktu sejenak buat rehat bisa bikin otak lebih fresh, dan produktivitas otomatis meningkat. Buatku, kombinasi teknik ini bikin kerjaan lebih efisien dan semangat tetap terjaga!
Dalam dunia kreatif, tekanan untuk menghasilkan karya yang berkualitas dalam waktu yang singkat seringkali menjadi tantangan. Bagaimana Anda menghadapi tekanan tersebut?
Di dunia kreatif, tekanan buat hasilin karya berkualitas dalam waktu singkat itu udah jadi makanan sehari-hari. Tapi, aku punya beberapa trik buat ngadepinnya. Pertama, aku coba buat tetap tenang dan nggak panik. Biasanya, aku ambil napas dalam-dalam dan ingat kalau stres nggak bakal bikin ide keluar lebih cepat.
Terus, aku suka bagi proyek besar jadi beberapa bagian kecil. Jadi, aku bisa fokus nyelesain step-by-step tanpa ngerasa kewalahan. Setiap kali beres satu bagian, rasanya kayak dapat suntikan semangat baru buat lanjut ke bagian berikutnya.
Selain itu, aku juga sering brainstorming atau diskusi sama tim. Kadang ngobrol bareng bisa kasih perspektif baru yang nggak kepikiran sebelumnya, jadi masalah lebih cepat ketemu solusinya. Kolaborasi itu kunci—kita bisa saling dukung dan ngebagi beban.
Yang paling penting, aku selalu kasih diri sendiri ruang buat tetap kreatif tanpa terlalu nge-push. Jadi, meski deadline mepet, aku berusaha jaga kualitas tanpa mengorbankan kreativitas. Dengan mindset yang positif dan trik ini, tekanan jadi lebih gampang dihadapi.
Bagaimana Anda melihat dinamika industri kreatif saat ini, khususnya di bidang desain grafis dan media sosial? Apa tren terbaru yang menarik menurut Anda?
Menurutku, industri kreatif saat ini, terutama di bidang desain grafis dan media sosial, lagi mengalami perkembangan yang super pesat. Teknologi yang terus maju memberikan banyak peluang bagi para desainer untuk berinovasi. Sekarang, siapa saja bisa jadi kreator berkat platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest yang memudahkan ide-ide segar untuk cepat viral.
Salah satu tren terbaru yang menarik perhatian aku adalah desain yang lebih minimalis dan berkelanjutan. Banyak brand kini mengusung estetika yang sederhana tapi tetap impactful. Mereka juga mulai peduli terhadap isu lingkungan, jadi banyak yang mengadopsi praktik desain yang ramah lingkungan.
Jangan lupakan juga pentingnya konten video. Desain grafis sekarang nggak cuma soal gambar statis, tapi juga menggabungkan elemen animasi dan video untuk menarik perhatian audiens. Jadi, buat kita yang ingin sukses di industri ini, penting banget untuk terus mengikuti tren dan berani eksplorasi hal-hal baru!
Menurut Anda, apa saja tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pekerja kreatif saat ini?
Menurutku, ada beberapa tantangan besar yang dihadapi para pekerja kreatif saat ini. Pertama, persaingan yang makin ketat. Dengan semakin banyak orang terjun ke dunia kreatif berkat akses teknologi yang mudah, kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif agar bisa tampil menonjol di tengah keramaian. Setiap orang bisa jadi konten kreator, jadi kita perlu memiliki ciri khas yang kuat agar bisa dikenali.
Kedua, tuntutan untuk terus beradaptasi dengan perubahan tren dan teknologi. Apa yang dianggap keren hari ini bisa cepat usang dalam sekejap. Kita harus selalu update dan belajar hal baru, yang kadang bikin kita merasa overwhelmed.
Selanjutnya, masalah burnout juga menjadi tantangan tersendiri. Tuntutan untuk selalu menghasilkan karya berkualitas tinggi dalam waktu singkat bisa menimbulkan stres. Banyak pekerja kreatif yang kelelahan karena tidak memberi diri mereka cukup waktu untuk recharge.
Terakhir, ada tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kreativitas dan komersialisasi. Seringkali, kita harus berkompromi antara apa yang kita suka dan apa yang diminta klien atau pasar. Ini bisa bikin frustrasi dan mengurangi semangat berkarya.
Jadi, meskipun dunia kreatif itu seru, tantangannya juga nggak bisa dianggap sepele!
Bagaimana Anda melihat persaingan di dunia kreatif, terutama dengan munculnya generasi muda yang memiliki akses terhadap berbagai macam tools dan informasi?
Melihat persaingan di dunia kreatif saat ini, aku rasa semakin sengit, terutama dengan munculnya generasi muda yang punya akses luas ke berbagai tools dan informasi. Sekarang, siapa pun bisa belajar desain, fotografi, atau video editing hanya dengan beberapa klik di internet. Ini bikin banyak bakat baru bermunculan, dan jelas menjadi tantangan bagi kita yang sudah lebih berpengalaman.
Tapi, ada sisi positifnya juga. Persaingan yang ketat ini memacu kita untuk terus berinovasi dan berpikir kreatif. Kita harus lebih jeli dalam menangkap tren dan mengembangkan gaya yang unik. Dengan banyaknya ide-ide segar dari generasi muda, kita juga bisa belajar dan terinspirasi dari mereka.
Yang terpenting, meski banyak wajah baru, pengalaman dan keahlian yang sudah kita bangun selama ini tetap jadi nilai jual tersendiri. Kita bisa menggabungkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada dengan tren-tren baru, sehingga tetap relevan di industri ini. Jadi, meskipun tantangannya banyak, aku yakin kolaborasi antara generasi tua dan muda bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dan lebih keren.
Bagaimana Anda melihat perbedaan antara generasi Z dengan generasi sebelumnya dalam hal kreativitas dan cara bekerja?
Menurutku, ada beberapa perbedaan mencolok antara Gen Z dan generasi sebelumnya dalam hal kreativitas dan cara bekerja. Gen Z tumbuh di era digital, jadi mereka lebih akrab dengan teknologi dan alat kreatif canggih. Mereka bisa mengakses berbagai informasi dan inspirasi dengan cepat hanya dengan scrolling di media sosial, yang bikin mereka lebih terbuka terhadap tren dan ide-ide baru.
Di sisi lain, generasi sebelumnya biasanya lebih fokus pada proses dan pengalaman. Mereka cenderung lebih menghargai metode tradisional dalam berkarya dan terkadang lebih lambat dalam mengadopsi teknologi baru. Jadi, bisa dibilang Gen Z lebih cepat beradaptasi dan fleksibel dalam cara mereka bekerja.
Dalam hal kreativitas, Gen Z lebih berani mengeksplorasi dan berinovasi. Mereka nggak takut untuk mencoba hal-hal yang out of the box dan seringkali menggabungkan berbagai elemen dari budaya pop, media sosial, dan teknologi dalam karya mereka. Sedangkan generasi sebelumnya mungkin lebih mempertimbangkan aspek-aspek konvensional dan standar dalam berkarya.
Tapi, kedua generasi ini punya kelebihan masing-masing. Kita bisa belajar banyak dari cara berpikir dan bekerja Gen Z, sementara mereka juga bisa mendapatkan insight berharga dari pengalaman generasi sebelumnya. Kolaborasi antara keduanya bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa!
Apa yang bisa dipelajari dari generasi Z dan apa yang bisa mereka pelajari dari generasi sebelumnya?
Kalau kita perhatikan, banyak banget hal yang bisa kita pelajari dari gen Z, dan sebaliknya. Dari Gen Z, kita bisa ambil pelajaran tentang keterbukaan terhadap teknologi. Mereka jago banget memanfaatkan berbagai alat digital dan media sosial untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Ini ngajarin kita untuk lebih adaptif dengan perubahan dan memanfaatkan teknologi demi mendukung pekerjaan kita.
Gen Z juga punya keberanian untuk bereksperimen. Mereka nggak takut mencoba hal-hal baru dan berpikir di luar kotak. Ini bisa jadi inspirasi buat generasi sebelumnya agar lebih fleksibel dan terbuka dengan ide-ide yang tidak biasa.
Di sisi lain, Gen Z bisa belajar banyak dari generasi sebelumnya soal nilai pengalaman dan ketekunan. Generasi yang lebih tua sering kali punya wawasan lebih dalam tentang proses kreatif dan cara membangun karier yang kokoh. Mereka bisa mengajarkan betapa pentingnya kerja keras, disiplin, dan menghargai setiap langkah dalam perjalanan mencapai tujuan.
Jadi, kolaborasi antara kedua generasi ini bisa jadi kunci untuk menciptakan inovasi yang lebih cemerlang. Dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, keduanya bisa saling melengkapi dan menghasilkan karya yang benar-benar luar biasa!
Apa saran Anda bagi calon profesional muda yang ingin berkarier di bidang kreatif?
Untuk para calon profesional muda yang ingin merintis karier di dunia kreatif, ada beberapa tips yang bisa aku bagi. Pertama, teruslah eksplorasi dan jangan ragu untuk mencoba hal-hal baru. Dunia kreatif itu luas dan beragam, dan kamu nggak akan tahu apa yang paling kamu cintai sebelum mencobanya. Cobalah berbagai jenis desain, media, atau bahkan bidang kreatif lainnya.
Kedua, bangun portofolio yang memukau. Tampilkan karya-karya terbaikmu dan pastikan untuk selalu memperbarui portofolio seiring berjalannya waktu. Ini akan jadi alat penting untuk menunjukkan skill dan gaya unikmu kepada klien atau perusahaan yang ingin kamu masuki.
Ketiga, selalu siap untuk belajar. Ambil kursus online, ikuti workshop, atau cari bimbingan dari mentor. Dunia desain itu dinamis, jadi penting banget untuk terus update dengan tren dan teknik terbaru.
Jangan lupa untuk menjaga koneksi. Networking itu sangat berharga! Terlibat dalam komunitas kreatif, baik secara online maupun offline, bisa membuka banyak peluang dan kolaborasi yang menarik.
Dan yang terakhir, jaga semangatmu dan jangan mudah menyerah. Proses kreatif kadang bisa penuh tantangan, tapi itu adalah bagian dari perjalanan. Jika kamu terus berusaha dan percaya pada diri sendiri, kesuksesan pasti akan mengikuti. Jadi, beranilah mengambil langkah pertama dan mulailah berkarya!
Baca terus Rubrik Profil di Loker ID untuk mendapatkan kisah-kisah inspiratif langsung dari expert-nya!