Savitri Coutrier : "Jangan Pernah Takut Meninggalkan Comfort Zone!"
Bosan dengan dunia karier formal dan ingin menjajal peluang usaha baru, Savitri Coutrier meninggalkan dunia perbankan yang sudah 22 tahun digelutinya dan switch career menjadi Virtual Assistant. Fleksibilitas, mendapatkan pembelajaran skill baru, memperluas link adalah sebagian kecil dari meningkatnya pengalaman baru yang diperoleh Savitri.
Meski begitu, lompatan karier baru ini bukannya tanpa tantangan. Apalagi profesi ini sudah banyak peminatnya dan sudah banyak juga profesional yang menjajalnya. "Personalisasi dan skill set yang unik," begitu kata Savitri saat ditanyakan rahasia menjaring klien dan berkompetisi di bidang Virtual Assistant. Yuk, baca cerita lebih lanjut Savitri di sini!
Apa yang mendorong Anda untuk mengambil keputusan besar yaitu keluar dari dunia perbankan setelah 22 tahun dan beralih menjadi virtual assistant?
Setelah 22 tahun di dunia perbankan, saya merasa sudah saatnya mencari tantangan baru. Bekerja dari pagi hingga malam, meeting terus, dan mengejar target nggak ada habisnya mulai terasa monoton. Akhirnya, saya berani ambil keputusan untuk resign, meski banyak yang bilang saya nekat. Lalu saya menemukan dunia virtual assistant (VA) yang fleksibel dan tetap produktif. Ini langkah besar, tapi justru di sinilah saya menemukan ruang untuk terus tumbuh tanpa harus meninggalkan keluarga. Rasanya seperti menemukan kembali sisi diri yang sempat tenggelam di antara jadwal dan target.
Dari 22 tahun bekerja di dunia perbankan dimana sudah bekerja di 6 bank berbeda, apakah Anda punya summary untuk perjalanan karier panjang ini? Punya pengalaman menarik atau hikmah inspiratif dari perjalanan karier ini?
Mulai karier sebagai customer service tahun 2002 di dua bank swasta, lalu naik jadi marketing tahun 2007. Tahun 2011-2019, saya jadi branch manager di dua bank swasta juga. Sebenarnya tahun 2019 sudah niat stop, tapi ada ex-atasan yang minta bantuan jadi business manager di bank syariah sampai 2023. Pada akhirnya, saya resign karena suasana kantor yang sudah nggak nyaman. Hikmahnya? Saya belajar kalau ternyata saya punya banyak skill di luar dunia perbankan, seperti admin, social media, dan project management. Semua itu sekarang berguna banget di dunia VA.
Apa yang menjadi motivasi terbesar Anda untuk memulai bisnis sebagai virtual assistant?
Motivasi terbesar saya? Biar tetap produktif dan nggak kehilangan jaringan. Saya senang bisa tetap terhubung dengan para pemilik bisnis dari sudut pandang yang beda dengan dunia perbankan. Bonusnya, saya bisa lebih dekat dengan keluarga. Bisa kerja sambil tetap ada di rumah itu jadi alasan kuat kenapa saya pilih VA. Ini seperti kombinasi sempurna antara karier dan kehidupan personal.
Keterampilan dan pengetahuan apa saja dari pengalaman Anda di dunia perbankan yang paling bermanfaat dalam menjalankan bisnis sebagai virtual assistant?
Di bank, multitasking adalah makanan sehari-hari. Dari ngurus administrasi sampai manage proyek dan relasi dengan nasabah, semuanya butuh ketelitian dan manajemen waktu yang baik. Skill komunikasi dan negosiasi yang saya pelajari di dunia perbankan juga ternyata sangat bermanfaat untuk jadi VA. Saya juga terbiasa bekerja dengan target, jadi saat pindah ke VA, mindset goal-oriented ini tetap saya bawa, dan alhamdulillah itu sangat membantu dalam menjalani bisnis baru ini.
Tantangan apa saja yang Anda hadapi saat pertama kali memulai bisnis sebagai virtual assistant, terutama dalam hal menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang sangat berbeda?
Tantangan terbesar buat saya adalah perubahan ritme kerja. Saya yang biasanya mobile—berangkat pagi, pulang malam, visit ke nasabah—tiba-tiba harus bekerja dari rumah? Awalnya, cukup kaget juga. Saya harus belajar atur manajemen waktu antara kerja dan urusan rumah. Tapi, seperti biasa, manusia kan makhluk adaptif, jadi nggak butuh waktu lama buat saya menyesuaikan diri. Yang penting, niat dan disiplin.
Bagaimana Anda memulai bisnis sebagai virtual assistant? Dari mana Anda mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang dunia virtual assistant?
Awalnya, saya lihat iklan di Instagram soal virtual assistant. Setelah saya telusuri lebih jauh, ternyata bidang ini sangat cocok buat saya. Dari sana, saya mulai belajar secara mandiri, gabung di komunitas, ikut kursus online, dan pelan-pelan membangun skill VA. Informasi dan jaringan yang saya dapatkan dari komunitas sangat membantu mempercepat proses saya menjadi VA.
Apa langkah-langkah awal yang Anda lakukan untuk membangun bisnis ini?
Langkah awal saya adalah riset pasar dan belajar langsung dari orang-orang yang sudah lebih dulu sukses di bidang ini. Setelah itu, saya mulai menawarkan jasa VA ke lingkaran terdekat, dan surprisingly, responsnya positif! Saya juga fokus membangun portofolio dari klien pertama, sambil terus mengasah keterampilan dan menambah relasi.
Bagaimana bisnis virtual assistant Anda berkembang dari waktu ke waktu? Apa yang menjadi kunci keberhasilan Anda dalam mempertahankan dan mendapatkan klien baru?
Bisnis VA saya berkembang karena jaringan dan komunikasi yang baik. Saya banyak dapat klien dari networking, dan hubungan yang terjaga dengan klien membuat mereka merekomendasikan saya ke orang lain. Kunci keberhasilannya adalah menjaga komunikasi yang transparan dan membangun kepercayaan. Nggak perlu teknik marketing yang ribet, cukup tunjukkan hasil kerja dan buat klien nyaman.
Seperti apa kegiatan sehari-hari Anda sebagai virtual assistant? Apa saja tugas-tugas yang paling sering Anda lakukan?
Kegiatan sehari-hari saya cukup variatif. Biasanya saya mulai dengan urus rumah tangga dulu, dari menyiapkan suami dan anak-anak untuk berangkat. Setelah itu, saya buat to-do list dan lanjut ke pekerjaan rumah. Kalau sudah selesai, baru saya mulai kerja VA. Tugas paling sering? Membuat konten untuk klien. Tentu saja, sambil diselingi urusan rumah tangga lagi. Jadi, aktivitas saya cukup dinamis, menggabungkan pekerjaan rumah dan pekerjaan VA, dan biasanya selesai sampai malam.
Bagaimana Anda mengatur waktu dan prioritas pekerjaan Anda, terutama ketika bekerja dengan banyak klien sekaligus?
Saat ini saya handle 4 klien dengan total 5 akun Instagram. Tools andalan saya? Notion. Di sana saya bisa mengatur semua akun dengan lebih rapi dan terstruktur. Notion membantu saya memprioritaskan task dan menjaga agar semua pekerjaan bisa dikerjakan tepat waktu, meski harus juggling antara banyak klien.
Bagaimana Anda melihat persaingan di dunia virtual assistant saat ini apa yang bisa membuat seorang virtual assistant berbeda dengan lainnya?
Persaingan di dunia VA memang semakin ketat. Tapi, yang bisa membuat VA menonjol adalah personalisasi dan skill set yang unik. Misalnya, saya fokus pada content creation dan project management, yang sangat diminati oleh banyak klien. Selain itu, cara berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan klien juga bikin kita lebih standout. Orang akan lebih memilih VA yang bisa bekerja dengan chemistry, bukan hanya yang sekadar menyelesaikan tugas. Last but not least, jangan lupa personal branding di social media ya.
Bagaimana Anda melihat masa depan profesi virtual assistant? Peluang dan tantangan apa yang akan dihadapi di masa depan?
Profesi VA masih akan terus berkembang, apalagi dengan semakin banyaknya bisnis yang beralih ke digital. Peluang besar ada di depan mata, tapi tantangan yang akan dihadapi adalah semakin tingginya persaingan. Untuk bisa bertahan, VA harus terus belajar dan upgrade skill, terutama di bidang teknologi dan strategi digital.
Apakah ada pengalaman yang paling berkesan selama menjadi virtual assistant? Kisah sukses apa yang ingin Anda bagikan?
Pengalaman paling berkesan adalah bagaimana dunia VA memperkenalkan saya dengan berbagai tools baru yang nggak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dalam waktu kurang dari setahun, saya sudah handle lebih dari 20 klien. Selain itu, saya juga berhasil membangun komunitas Star VA Network (SVA Network) dengan 870 member. Saya juga baru saja mengadakan workshop, dan alhamdulillah, feedback-nya sangat positif. Itu semua benar-benar memberi saya semangat untuk terus berkembang.
Pelajaran berharga apa yang Anda dapatkan selama beralih karier dan menjadi virtual assistant?
Pelajaran paling berharga adalah bahwa kita nggak boleh takut berubah. Ternyata, di luar sana banyak sekali peluang yang bisa kita manfaatkan asalkan kita mau mencoba. Skill yang saya kumpulkan selama ini ternyata bisa diterapkan di dunia yang berbeda, dan yang terpenting, saya bisa terus produktif tanpa harus mengorbankan kebersamaan dengan keluarga.
Selain Savitri, Anda juga bisa membaca pengalaman insipiratif lain dari profesional yang berkarier sebagai Virtual Asistant lainnya lewat cerita Dara Wenti Farayasni.