Umesh Bhagchandani: "Merasa Paling Bahagia saat Menulis"
Hidup seringkali terjadi tanpa rencana. Terus, kalau ternyata tidak semua sesuai dengan rencana, apa kita harus berhenti dan tidak melanjutkan apa-apa? Ya enggak dong! Seperti saat ini, kondisi pasar kerja yang menantang dimana ketersediaan lapangan pekerjaan terbatas sementara pemain lama harus berebut "kue" dengan fresh graduates.
Itu satu persoalan. Belum lagi persoalan lain, yang secara spesifik kita lihat di dunia kepenulisan. Masih banyak perusahaan yang menganggap pekerjaan kepenulisan itu adalah sesuatu mudah dan murah. Sehingga mereka enggan untuk membayar sepantasnya. Ketika output-nya mengecewakan mereka mengeluh karena tidak sesuai dengan ekspektasi.
Inilah sekelumit pengalaman yang Umesh Bhagchandani--seorang penulis lepas dan content creator--bagikan kepada Loker ID. Namun, seperti yang disampaikannya, jangan sampai iklim yang ada saat ini membuat kita terbawa arus. Tetap berkarya dan terus kerjakan apa yang menjadi bakat dan panggilanmu. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Seterusnya, penurutan Umesh bisa disimak di obrolan ini!
Apa yang menginspirasi Anda untuk memulai karier sebagai seorang freelance writer? Apakah memang Anda secara khusus memfokuskan diri untuk menulis tema gaya hidup dan film?
Saya sebenarnya tidak berencana menjadi penulis lepas, tetapi setelah saya keluar dari pekerjaan penuh waktu di Tatler Indonesia, saya mendapatkan beberapa proyek lepas dan awalnya saya pikir itu hanya sementara. Namun, ketika saya mendapat kesempatan menulis untuk SCMP (South China Morning Post) selama masa COVID, saya merasa sangat bersyukur, dan pengalaman itu membuka mata saya terhadap manfaat menjadi penulis lepas, yang masih saya jalani hingga sekarang. Sejak memulai karier 13 tahun yang lalu, saya selalu menulis tentang topik hiburan dan gaya hidup, jadi itu menjadi pilihan yang alami. Tetapi yang lebih penting, saya masih sangat bersemangat dan menikmati menulis artikel-artikel tersebut.
Pernahkah Anda mempertimbangkan untuk kembali bekerja tetap? Jika ya, apa yang membuat Anda tetap memilih menjadi seorang freelance writer?
Tentu, saya masih mencari pekerjaan penuh waktu, tetapi kondisi pasar kerja saat ini cukup menantang. Terlebih lagi, banyak lowongan yang lebih ditujukan untuk fresh graduates, sehingga membuatnya semakin sulit. Dengan menulis lepas, saya tetap dapat bekerja dan menangani beberapa proyek sekaligus, yang cukup menyenangkan. Selain itu, saya juga bisa mengambil proyek-proyek yang memang membutuhkan pengalaman dan keahlian saya.
Bagaimana perjalanan karier Anda sebagai seorang freelance writer? Apakah ada momen tertentu yang menjadi turning point dalam perjalanan Anda?
Sejauh ini, semuanya berjalan cukup baik. Tentu saja, saya berharap bisa mendapatkan lebih banyak proyek karena kadang-kadang situasinya bisa agak tidak stabil, haha. Tapi, turning point saya terjadi ketika saya berkesempatan menulis untuk SCMP selama masa COVID, saat banyak orang kehilangan pekerjaan. Itu adalah momen yang cukup penuh tekanan, dan saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan tersebut. Saat ini, saya juga sedang mengerjakan esai tentang industri film Indonesia yang sangat menarik dan memungkinkan saya untuk belajar lebih banyak, karena saya harus berperan sebagai penulis, editor, peneliti, sekaligus fact-checker!
Tantangan apa saja yang Anda hadapi saat memulai karier sebagai freelance writer, dan bagaimana Anda mengatasinya?
Tantangan sebenarnya justru saat ini, karena kondisi pasar kerja yang sangat tidak stabil. Meskipun cukup membuat stres, saya tetap merasa bersyukur. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh penulis lepas adalah mendapatkan kesempatan atau proyek dari orang lain, bukan? Contohnya, saya sudah mendaftar di situs seperti Fiverr dan Upwork, dan meskipun saya memiliki 13 tahun pengalaman, di platform tersebut saya harus memulai lagi dari nol, dan itu bisa sangat membuat frustrasi. Saya rasa, saya menghadapinya seperti kebanyakan orang lainnya, one day at a time.
Apa yang paling Anda sukai dari menjadi seorang freelance writer?
Saya sangat menikmati kebebasan yang saya miliki sebagai penulis lepas; saya bisa bekerja di kota atau negara mana saja, dan itu sangat menyenangkan. Saya juga menyukai kesempatan untuk menulis berbagai topik dan berinteraksi dengan beragam orang. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, menjadi penulis lepas berarti kita harus selalu belajar dan terus berkembang, memastikan keterampilan kita tetap tajam dan relevan. Saya ingat saat bekerja penuh waktu, saya tidak perlu terlalu khawatir tentang hasil akhir karena ada orang lain yang akan mengedit pekerjaan saya, begitu juga sebaliknya. Namun, sebagai penulis lepas, setiap artikel yang kita tulis dan kirim harus selalu menjadi yang terbaik, dan ada kepuasan tersendiri dalam hal itu.
Bagaimana Anda melihat kondisi pasar kerja bagi para penulis lepas di Indonesia saat ini?
Pasar kerja saat ini memang sangat sulit, dan saya tidak akan memungkiri hal itu, haha. Bukan hanya penulis lepas, tetapi semua orang merasakan dampaknya, apa pun jenis pekerjaannya. Penulisan lepas di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan negara lain, karena banyak perusahaan di sini masih berpikir bahwa menulis itu mudah. Padahal, kenyataannya tidak. Banyak perusahaan di Indonesia cenderung lebih memilih merekrut karyawan full-time daripada freelancer. Hal ini mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan penulis lepas, yang seharusnya dianggap sebagai sumber daya yang berharga. Akibatnya, kita sering melihat banyak
copywriting yang kurang baik atau artikel yang tidak berkualitas di internet. Dari pengamatan saya, perusahaan-perusahaan masih memiliki pemikiran regresif bahwa menulis bukan prioritas, sehingga mereka cenderung merekrut tenaga yang paling murah dan kemudian terkejut ketika hasilnya tidak memuaskan.
Namun, di sisi positif, tahun ini saya melihat semakin banyak perusahaan yang mulai membuka posisi freelance dibandingkan sebelumnya. Saya berharap tren ini akan terus tumbuh di masa mendatang, sehingga dapat memberikan lebih banyak pengakuan dan kesempatan bagi para penulis lepas di Indonesia.
Bagaimana Anda mengatur waktu dan manajemen proyek sebagai seorang freelance writer?
Ya, manajemen waktu adalah kunci. Kamu harus menjadikannya sahabat terbaikmu. Dalam menulis lepas, kamu tidak bisa memiliki pola pikir yang sama seperti saat bekerja penuh waktu, karena ada kalanya kamu harus menulis tujuh hari seminggu, atau bahkan hanya di akhir pekan, and that’s okay... Kamu harus terbiasa dengan itu.
Saya rasa, saya cukup baik dalam mengatur waktu karena selama di Tatler Indonesia, saya sudah menangani banyak hal, sehingga saya belajar bagaimana membagi tugas dan menulis dengan lebih cepat, haha! Saya selalu menetapkan deadline untuk diri saya sendiri, dan tidak ada alasan atau pengecualian – saya harus menyelesaikannya tepat waktu.
Bagaimana Anda membangun personal branding sebagai seorang content creator yang fokus pada konten kuliner vegetarian?
Awalnya, saya memulai Jakarta Vegetarian Bible, halaman vegetarian di Instagram, hanya untuk bersenang-senang. Sejak kecil saya sudah menjadi vegetarian dan sering kali bingung mencari tempat makan, jadi saya mulai akun ini pada tahun 2019. Kini, saya masih mengelolanya sebagai pekerjaan sampingan, dan sejauh ini sangat menyenangkan karena banyak brand dan restoran yang mengundang saya untuk mencicipi menu mereka.
Mengenai personal branding, saya percaya itu sangat penting, baik sebagai penulis lepas maupun content creator. Kita perlu memiliki niche dan memahami siapa target audiens kita. Untuk personal branding saya, gaya komunikasi saya mencakup penggunaan bahasa Inggris dan Indonesia because that’s who I am… dengan pendekatan yang santai dan kadang-kadang konyol.
Kembali ke dunia content creator, meskipun fokus saya pada makanan vegetarian dan pasarnya masih tergolong kecil, pengalaman ini sangat menyenangkan. Selain menulis dan mengedit, saya juga sangat menikmati proses pembuatan dan pengeditan video, seolah-olah saya sedang membuat film! Haha.
Bagaimana Anda melihat potensi pasar untuk konten kuliner vegetarian di Indonesia?
Meskipun kesadaran akan vegetarianisme masih kecil dan perlu ditingkatkan, saya merasa senang melihat perkembangan yang terjadi dibandingkan 10 tahun lalu. Kini, semakin banyak restoran yang mulai memahami konsep vegetarianisme. Di Indonesia, sebenarnya terdapat banyak hidangan lokal yang sudah vegetarian, seperti tahu, tempe, sayur tumis, gado-gado, ketoprak, karedok, urap, lodeh,
dan lain-lain. Menurut saya, meskipun perkembangannya mungkin lambat, tetapi pasti, dan saya yakin ada potensi pasar yang lebih besar di masa depan.
Apakah Anda memiliki rencana untuk mengembangkan konten kuliner vegetarian Anda lebih lanjut, misalnya dengan membuat buku masak atau membuka bisnis kuliner?
Wow, ide-idenya luar biasa, ha ha! Saya selalu bermimpi untuk membuka bakery, tetapi hingga kini belum terwujud. Menurut saya, langkah selanjutnya adalah terus melakukan hal-hal yang benar- benar membuat saya bahagia tanpa merasa terbebani. Perbedaan antara menulis dan menjadi content creator adalah bahwa pekerjaan content creator sering kali menyita lebih banyak waktu dan energi tanpa selalu memberikan hasil yang setimpal.
Dunia content creator bisa sangat menuntut, memaksa kita untuk membuat video setiap hari demi tetap bersaing, yang pada akhirnya menciptakan mentalitas yang cukup berat dan, jujur saja, sangat toksik. Itulah sebabnya saya lebih suka menjalani ritme saya sendiri—saya tidak sedang bersaing dengan siapa pun. Bagi saya, dalam pekerjaan apa pun, kualitas selalu lebih penting daripada kuantitas.
Punya tips yang bisa dibagi untuk para pekerja lepas?
Tips terbaik yang saya sadari untuk penulis lepas adalah, meskipun tidak selalu menulis untuk dibayar, penting untuk tetap menulis demi kesenangan. Saya sendiri melakukannya di blog film saya, karena saya percaya bahwa terus menulis itu krusial. Dulu, saya hanya menulis saat ada pekerjaan, dan itu membuat saya merasa kaku dan kurang nyaman. Pelajaran ini sangat berharga bagi saya dan, saya yakin, juga bagi penulis lepas lainnya: kita merasa paling bahagia saat menulis, jadi teruslah menulis. Semakin kita mengasah keterampilan kita, semakin bahagia dan percaya diri kita, dan itu akan membuka lebih banyak peluang. I believe that!